Hasil googling ngantuk soal sinetron

Insomnia, iseng saya jadi kumat: saya googling soal sinetron. Gara-garanya, beberapa hari ini timeline twitter saya penuh dengan caci maki dan sindiran tentang sinetron kita. Awal-awal saya nggak peduli, karena menurut saya itukan selera, kalau suka ya tonton kalau nggak suka ya matiinh aja TV-nya. Tapi lama-lama jadi pengen juga nulis soal pendapat saya tentang sinetron ini.

Jujur, saya bisa dibilang nggak pernah nonton TV, tontonan saya internet, saya nonton TV hanya untuk nonton GP F1 (saya pendukung Ferrari dan Michael Schumacher) dan Oprah Winfrey Show (sekarang udah farewell season hiks...), jadi soal sinetron saya nol besar. Saya gak tau apa pun soal sinetron bahkan kalau ketemu para artisnya di jalan saya gak tau itu siapa. So, saya iseng-iseng ikut nonton bareng Ibu saya, yang nggak tau kenapa beliau jadi suka sinetron akhir-akhir ini (mungkin karena gak ada tontonan lain, soalnya waktu kemarin sempet ada tayang ulang film Spiderman 3 beliau ikut nonton kok dan lupa sama sinetron-sinetron kesayangannya karena terpesona sama film itu).

Nah, tadi saya coba nonton tiga sinetron (tiga? Iya setiap malam Ibu saya nonton tiga sinetron pada jam yang sama, dengan taktik pencet remote untuk pindah-pindah setiap iklan or kalau beliau ngerasa ceritanya udah terlalu lebay). Ada satu sinetron yang bikin saya geleng-geleng kepala karena durasinya lebih dari tiga jam, wuih Spiderman aja kalah, dan tayangnya tiap hari lagi ckckckck. Hasil dari nonton sinetron dengan durasi film Titanic itu saya jadi googling soal pendapat-pedapat para blogger mengenai sinetron dan bayaran para artis kita. Saya pun mendapat beberapa hal dari hasil googling tersebut.

Pertama, banyaknya pendapat sarcasm mengenai betapa tidak masuk akalnya sinetron dan membodoh-bodohi bangsa. Soal ini saya setuju, meski tidak 100%. Kenapa? Tidak masuk akal ini sedikit ambigu, karena film-film luar yang berkualitas juga terkadang tidak masuk akal. Mungkin perkataan tidak masuk akal terlalu berlebihan, lebih baik mungkin dikatakan terlalu mengecilkan/melebihkan sesuatu/seseorang, contoh: dengan mudahnya menuduh seseorang melakukan kejahatan tanpa bukti-bukti kuat (apa iya polisi, jaksa dan hakim kita sebodoh itu, mereka bisa tersinggung lho). Kemudian pernyataan membodoh-bodohi penonton, ini bisa iya dan tidak. Iya, bagi penonton sinetron yang tidak punya referensi lain. Tidak bagi penonton yang mampu mengkritisi dan justru dengan ’pembodohan’ sinetron tersebut bisa mendapat banyak pelajaran.

Kedua, pro kontra soal sinetron yang saling mempertahankan argumen masing-masing. Saya bisa dikatakan masuk ke golongan kontra, meskipun nyaris tidak pernah nonton sinetron, karena saya sudah tahu gambaran besar sinetron Indonesia hanya dengan nonton satu episode plus tanya jawab dengan Ibu saya. Bagaimana pun kemasan sinetron-sinetron itu ternyata gambaran tema sinetron yang ada hanya berkisar si kaya dan si miskin, dendam kesumat, amnesia, sakit kanker, anak yang ditukar, perebutan harta dan cinta segi njlimet. Ini membuat saya makin enggan untuk nonton karena ceritanya simpel dan mudah ditebak, maklum saya penggemar film-film ekstrim dengan cerita yang unik.

Ketiga, produser adalah pemeran utama pembuatan sinetron dan penulis script hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh bos-nya itu. Saya membaca sebuah blog yang mencantumkan twit seorang penulis skenario bernama Alexander Thian. Dari twit tersebut saya jadi tau bagaimana produser sangat berperan dalam merombak naskah. Naskah yang sebenarnya ditulis diubah sedemikian rupa hingga berbeda jauh dari naskah asli dengan tujuan memudahkan penonton yang konon menurut produser adalah masyarakat menengah ke bawah (kebanyakan). Jadi, idea cerita yang berbobot menjadi sederhana dan monoton.

Keempat, rating berbicara. Rating adalah patokan untuk membuat sebuah sinetron. Sinetron haruslah mengikuti selera pasar dan sesuai trend. Selera pasar di sini diartikan produser sangat menyedihkan karena produser hanya berpatokan pada survey AC Nielsen yang sebenarnya kurang mewakili masyarakat, dari survey tersebut dianggaplah masyarakat menggemari cerita-cerita sinetron yang banyak beredar saat ini, padahal sebenarnya banyak yang mengecam cerita tersebut dan ingin idea lain. Seperti Ibu saya yang terpaksa menonton dan akhirnya menikmati sinetron karena nggak ada pilihan lain, toh waktu ada film Hollywood di TV atau waktu kebetulan saya punya DVD film baru Ibu saya lebih suka nonton itu kok. Makanya saya bilang selera pasar dan rating ini sekedar dipaksakan karena sebenarnya penonton tidak mempunyai alternatif cerita lain.

Kelima, honor artis yang menggiurkan per episode. Hasil googling saya yang membuat cukup mendecakkan lidah adalah honor para artis yang mencapai puluhan juta per episode. Saya heran, kok bisa? Dengan akting seperti itu? Saya memang tidak bisa akting tapi sebagai penonton saya boleh kan membandingkan kemampuan akting mereka dengan Al Pacino? Terlalu jauh memang kalau dibandingkan dengan akting artis Hollywood, mungkin boleh kalau saya bandingkan dengan artis dalam negri seperti Christine Hakim.

Kelima hal itu yang saya dapat dari googling insomnia saya. Dari situ saya mempunyai pendapat pribadi soal sinetron: creativity, theme, acting and Deddy Mizwar.

Kreativitas di sini sebenarnya bukan masalah lack of creativity but lebih pada bagaimana merealisasikan idea gila sutradara. Sutradara tidak bias merealisasikan idea cerita mereka karena tekanan PH sinetron yang memang dikuasai oleh orang-orang yang itu-itu saja. Mungkin sebaiknya ada PH sinetron independent dan idealis yang mau mendobrak trend dan lebih memikirkan bobot cerita ketimbang komersil.

Tema, terlalu banyak tema pada satu sinetron, kenapa tidak difokuskan pada satu tema supaya cerita lebih deep. Dari nonton sinetron yang berdurasi tiga jam itu saya jadi tahu kalo tema-tema sinetron seputar sakit kanker, amnesia, anak tertukar, cinta segi banyak de el el itu ada dalam satu sinetron. Ini sebenarnya membuat sinetron jadi nggak fokus, mau cerita soal apa sih sebenarnya? Coba lihat film seri luar yang mengangkat satu tema saja setiap filmnya. Kalau tentang rumah sakit ya rumah sakit, kejahatan/polisi ya seputar itu saja, pengadilan ya dunia itu saja, tidak merambat ke hal-hal lain yang bikin cerita makin kusut.

Akting yang terkesan datar. Saya sudah menyinggung sedikit soal akting tadi. Di sini saya hanya lebih mempertegas maksud datarnya. Datar karena akting yang ditampilkan itu-itu saja, kalau jahat ya teriak-teriak dengan mata melotot plus dibantu riasan, kalau baik ya memelas dan nangis, padahal masih banyak cara untuk menggambarkan seseorang itu jahat/baik. Akting yang ada hanya digambarkan black and white padahal setiap manusia itu ada grey area dimana orang jahat ada sisi baiknya dan juga sebaliknya. Masih ingat ”Phantom of The Opera”, si Phantom digambarkan abu-abu dalam film tersebut. Atau Two Face dalam ”The Dark Knight” yang menampilkan sosok kelam seorang jaksa yang baik. Itu bisa menjadi contoh akting abu-abu.

We need more Deddy Mizwar. Beliau inilah yang tidak ikut-ikutan trend dalam membuat sinetron, beliau tidak ikut mainstream dan justru membuat trend-nya sendiri. Kiamat Sudah Dekat yang digarap dengan sederhana namun sarat makna membuat trend sinetron-sinetron religi yang sama. Beliau tidak berpatokan rating karena meskipun ratingnya bagus beliau tetap mengikuti script dan cerita tidak dipanjang-panjangkan namun sesuai dengan idea awal. Beliau juga tidak memasang wajah-wajah artis yang terlalu familiar, beliau justru memilih mereka yang asing namun berbakat acting. Coba kalau semua PH, sutradara dan script writer berpikiran sama seperti Deddy Mizwar, pasti banyak sinetron berbobot di TV kita.

Akhirnya, saya hanya bisa bilang bahwa ini hanya sekedar tulisan ngantuk saya (nulis jam 3 pagi di word tapi baru bisa post siang karena internet sempat mati), sekedar unek-unek, boleh diterima atau tidak. Saya bukan sutradara, tidak bisa akting pula, hanya blogger yang kadang-kadang (sok) kritis. Bagi saya sih, kalau saya nggak suka ya nggak usah nonton, jadi saya nggak perlu repot-repot mencaci maki sebuah sinetron.

Song to Cry About

What do I have to do when I'm down or feel so emotional? I listen to musics... Put my playlist on my iPod and set... There's couple songs that often bring me tears and never made me bored... The most emotional song for me is "S'il suffisait d'aimer" by Celine Dion... Simply the lyrics is so beautiful "If loving was enough", I define this song as universal love, love each other... I jump to this song when I feel much in sorrow...



The second emotional song is "Hello World" by Lady Antebellum... It's about having a bad day and stuck in horrible situation but suddenly we realize how beautiful our life is, how meaningful, and how God give us so much more miracle in everyday life... I listen to this song everytime I feel so unlucky, it give me believe...



Last one is "Aftermath" by Adam Lambert... I never tired to hear his voice, so epic... The lyrics is so meaningful... "Anytime anybody pulls you down, anytime anybody say's you're not allowed, just remember you're not alone", so true... It gave me so much strength, and since Adam who sing it, it become so emotional because Adam truly know the feeling of being ignored...



So that's my top three emotional song, now it's time to put them all on my iPod...

Sing Along Baby!


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com

Abaout This Blog

I create this blog to share my mind and my opinion since there's no more freedom in RL world...

About Me

My photo
I write randomly, I act independently, I live my life passionately...